Fanfiction

Kamis, 26 Desember 2013

Love part 4


“aku Ridwan shan” kata pria itu yang ternyata sahabat dari Rendy.
            “oh kamu toh, ternyata kamu hebat juga ya?” kata icha yang memuji Ridwan.
            “hehehehe ya sedikit sih. Kalian juga ngapain malam malam gini keluar?” tanya rendy yang sedikit ketawa.
            “harusnya aku yang nanya kamu ngapain keluar malam malam gini!?” tanya icha dengan muka sirik
            “iya sudah.. Aku tadi habis keliling keliling, ya cari udara segar lah, nah kalo kalian ngapain?” tanya ridwan dengan sifat tenangnya itu.
            “oh kalo kita habis makan” kata Shania.
            “oh ya sudah ayok sekalian ku antar pulang kalian, ntar takutnya kalian kenapa kenapa lagi” ajak Ridwan. Mereka berdua mau saja, karena takut ntar kenapa kenapa lagi. Dan icha pun yang di antarkan rumahnya duluan, karena rumah icha yang lebih dekat.
            “aku masuk dulu ya, ingat hati hati di jalan ya” kata icha sambil masuk kerumahnya
            “iya!” teriak Shania.
            “apa sudah ada kabar dari rendy shan?” tanya ridwan dengan tampang cool.
            “belum tuh, paling besok sepulang sekolah baru di kasih kabar kan lama kesana ke amerika” kata Shania yang sambil memandangin langit.
            “iya juga sih” kata ridwan
            Tidak lama kemudian mereka sampai di rumah Shania.
            “terima kasih ya wan, udah ngantari aku pulang” kata Shania.
            “oh ya sama sama” kata ridwan sambil memegang kepalanya.
            “ya sudah aku masuk dulu ya, hati hati ya wan” kata Shania sambil melambaikan tangan ke ridwan. Dan ridwan pun langsung pulang kerumahnya, dan Shania pun langsung masuk kerumahnya, dan langsung menuju kekamarnya. Dan berbaring di kasurnya.
            “emmm rendy ngapain ya sekarang, biasanya sih masih telfonan nih, ya semoga aja rendy bisa sampai dengan selamat di amerika dan menggapai cita citanya itu” kata Shania sambil memandangin langit langit kamar. Dan Shania pun memutuskan untuk tidur.
            Ke esokan harinya Shania kesiangan.
`           “astaga sudah jam berapa ini” kata Shania sambil melihat jam di meja sebelah kasurnya itu.
            “haa udah jam segini, bisa terlambat nih” Shania pun langsung mempersiapkan diri. Ketika sudah mempersiapkan diri Shania pun langsung ke bawah dan menggambil satu roti untuk mengganjal perutnya itu.
            “ayok pah shania sudah terlambat nih!” kata Shania.
            “ya sudah, mah papah berangkat dulu ya” kata papah Shania yang berpamitan dengan mamanya Shania.
            “iya, hati hati ya pah” kata mama Shania sambil melambaikan tangan kepada mereka berdua.
papanya pun mengantarkan Shania sekolah dan sekalian ayah kerja.tidak lama kemudain sampai lah Shania di depan gerbang sekolah,Shania pun langsung berpamitan kepada ayahnya dan langsung ke kelas, ternyata kelas sudah memulai pelajaran, saat itu adalah pelajaran guru killer ya itu Pak Sudirman. Shania pun masuk ke kelas dengan takut takut.
            “maaf pak saya telat” kata Shania sambil menundukan kepalanya.
            “tidak ada kata maaf! Silahkan kamu berdiri di depan kelas hingga pelajaran bapak selesai!” kata Pak Sudirman dengan tegas.
            “i-iya pak” Shania pun langsung berdiri di depan kelas, icha sebagai sahabatnya hanya bisa melihatnya saja dan tidak bisa berbuat apa apa.
            Setelah sekian lama pelajaran pak sudirman pun berakhir, dan bell istirahat berbunyi, Shania pun langsung masuk ke kelas dan menaruh tasnya tu.
            “kok tumben shan. kamu terlambat?” tanya icha sambil memasukan tasnya ke laci di bawah mejanya
            “emmm kesiangan aku cha” kata Shania sambil merengut.
            “kok kamu merengut gitu sih, kenapa? Rendy masih belum ngasih kabar ya?” kata icha yang perhatian kepada Shania.
            “iya nih kok rendy belum sms ya” kata Shania yang masih merengut.
            “ya sudah sabar gih, kantin yok!” ajak icha yang mencoba menenangkan Shania.
            “ayok!” kata Shania.
            Di lain sisi, pesawat yang naikin Rendy sekeluarga sudah sampai di Bandar Udara Internasional Jhon F. Kennedy.
            “bu kita di jemput siapa disini, keluarga aja kita gak punya” kata Rendy
            “tenang kok, kan disini ayah sudah membeli rumah tenang saja” kata ibu yang menenangkan Rendy.
            “kita naik taksi saja dulu” kata ayah yang menggajak sekeluarga untuk naik taksi.
            “permisi, bisa antarkan kami ke jalan ini”  kata ayah sambil menunjukan kertas ke supir taksi tersebut.
*tulisan bergaris miring menunjukan bahwa percakapan tersebut menggunakan bahasa inggris*.
            “oke, silahkan naik” kata supir tersebut.
            Mereka pun sekeluarga masuk ke taksi tersebut sambil memasukan bawaan yang Mereka bawa ke dalam bagasi taksi tersebut. Ketika barang sudah di masukan taksi pun berangkat menuju rumah yang di beli ayah.
            “apa kalian pendatang baru disini?” tanya supir tersebut.
            “ya kami pendatang baru disini”  kata ayah.
            “oh ya aku lupa kalo aku belum mengasih kabar kepada Shania kalo aku sudah sampai di New york, ntar aja deh tunggu aku sampai rumah, apa lagi ini sudah malam” ucap Rendy di dalam hati.
            Tidak lama pun Mereka sudah sampai di rumah yang ayah beli, rumah yang ayah beli lumayan besar, bertingkat dua, memiliki taman depan yang luas.
            “ini pak uangnya” kata Ayah sambil memberikan uang $50 dollar kepada supir itu.
            “terima kasih, selamat menikmati tinggal di NEW YORK” kata supir itu.
            “gimana rumahnya baguskan?” kata ayah yang menanyakan kepada Merekabertiga.
            “bagus yah, lebih besar dari pada rumah di Jakarta” kata kakak Rendy.
            “ayok kita masuk” kata ayah, sambil menarik koper yang di tangannya.
            Mereka pun masuk kerumah baru itu. Ternyata di dalamnya sudah lengkap semua. Rendy hanya bisa terdiam melihat seisi rumah ini.
            “kakak tidurnya di lantai dua ya di sebelah kanan, kalo Rendy di sebelah kiri. Oke!” kata ibu.
            “iya bu” kata Rendy dan kakaknya RendyMereka berdua pun langsung ke lantai dua. Dan Rendy masuk ke kamar Rendy, dengan dinding yang berwarna biru dan kasur yang dekat jendela. Mungkin itu ide ibu untuk membangunkan Rendy dengan satu cara ya membukan gorden biar matanya langsung kena cahaya matahari. Rendy pun langsung tidur di kamar barunya, karena di NY sudah jam 10 malam.
            Disisi lain Shania pun masuk ke kelas untuk memulai pelajarannya.
            Jam pun berlalu cepat hingga menunjukan waktu jam 2 siang, pelajaran pun usai dan bell pulang berbunyi Shania pun langsung membereskan buku buku pelajarannya tadi, seusai membereskan buku buku tiba tiba ridwan datang.
            “hey shan” kata ridwan yang menyapa Shania.
            “hey wan, kok belum pulang? Yang lain udah pulang loh.” kata Shania.
            “gpp. Kamu pulang sama siapa?” kata ridwan yang mencoba mengajak Shania pulang.
            “naik taksi, soalnya ayah ku masih kerja” kata Shania yang mengecek buku bukunya apa ada yang tertinggal.
            “bagaimana kalo kita pulang bareng saja?” ajak ridwan.
            Tiba tiba icha datang ke kelas, karena dia melihat ridwan dan Shania berdua di kelas jadi dia tetap di pintu kelas.
            “ngapain tuh mereka berduaan?” kata icha dengan suara berbisik.
            “emm gimana ya?” kata Shania.
            “ayo sudah, ikut saja” ajak ridwan.
            “wah wah ridwan ternyata mau ngambil kesempatan nih, semenjak gak ada rendy.. wah berani beraninya dia” kata icha yang marah melihat kejadian ini.
            “ayok sudah” kata Shania.
            “yesss” kata ridwan dalam hati.
            Melihat Shania dan ridwan berjalan keluar kelas sontak icha langsung mencari tempat sembunyi.
            Shania sama ridwan pun hanya lewat dan tidak melihat icha, yang bersembunyi di balik pilar sekolah.
            Ridwan dan Shania pun sampai di parkiran sekolah.
            “nih shan helmnya” kata ridwan sambil memberikan helm kepada Shania. Shania pun langsung naik ke motor ridwan.
            “sudah siap shan?” kata ridwan.
            “sudah!” kata Shania. Mereka pun jalan.
            Icha hanya bisa melihat mereka dari kejauhan.
            “wah ini ridwan gak bisa di biarkan nih, kalo terus terusan gini bisa bisa Shania di ambil lagi sama Ridwan” kata icha sambil marah, yang gak tega kalo sahabatnya di ambil sama ridwan.
            “besok aku harus berbuat sesuatu nih!!” kata Icha dengan tampang marah
            Di perjalanan pulang Ridwan dan Shania pun ngobrol dan sekali kali mereka tertawa, tidak lama kemudian mereka sudah sampai rumah Shania.
            “makasih ya wan, sudah mau ngantar aku pulang” kata Shania dengan senyum.
            “iya sama sam shan” kata ridwan.
            “oh ya sudah aku masuk dulu ya, hati hati ya” kata Shania sambil dia berjalan untuk masuk kerumahnya.
            Dan Ridwan langsung menuju rumahnya.
            Di sisi lain.
            “ren mau kemana?” kata ibu.
            “aku mau cari yang jual kartu untuk telfon teman ku di indonesia, aku pergi dulu ya bu!” kata Rendy sambil berjalan keluar rumah.
            Rendy pun bingung dimana jual nomor hp.
            “Permisi di sini dimana ya jual nomor handphone? “ Tanya Rendy kepada salah satu orang yang lewat di hadapan Rendy.
            “di sebelah sana ada mini market, nah di sana kamu bisa membeli nomor handphone “ kata orang bule yang tinggi itu sambil menunjukan ke arah mini market yang di persimpangan.
            “terima kasih”” kata Rendy dengan sopan.
            Dia pun berjalan menuju mini market yang di tunjuk orang tadi, sesampai di sana Rendy langsung masuk dan langsung menanyakan kepada kasir di sana.
            “apa di sini ada jual nomor handphone” Tanya Rendy kepada kasir itu.
            “oh tentu, kamu mau nelfon kemana, dalam negri atau luar negri? “ kata kasir tersebut.
            Rendy hanya bingung ternyata disini berbeda dengan Indonesia. Kalo di Indonesia gampang contohnya “bang beli nomor nih?” “mau beli nomor yang mana, nomor cantik atau apa?” nah kalo di Indonesia kayak gitu, ternyata disini beda.
            “Luar negri “ kata Rendy.
            “ini silahkan di pilih yang warna kuning ini nelfon 2 jam harganya $20, kalo yang merah 3 jam telfon harganya $40. Kalo merah 5 jam telfon harganya $50, silahkan di pilih ” kata kasir tersebut.
            “yang warna kuning aja” kata Rendy mengingat dia hanya bawa duit $20.
            “ini uangnya Kata Rendy sambil memberi duit nya
            “ini kartunya, terima kasih telah berbelanja disini, silahkan datang lagi ya” kata kasir tersebut Rendy hanya membalasnya dengan senyum.
            Rendy pun langsung bergegas untuk pulang.
            Di sisi lain Shania yang baru sampai rumah langsung berbaring untuk beristirahat. Tidak lama kemudian ada telfon.           
            Tuuut tuuuuttttt
            “halo ini siapa?” kata Shania dengan suara letih.
            “ini aku ridwan” kata orang tersebut yang ternyata ridwan.
            “oh kamu wan, ada apa? Kok tiba tiba nelfon” kata Shania yang mulai mengantuk.
            “gak papa siih, kok suaranya kayak orang capek gitu, kamu capek ya?” kata ridwan dengan khawatir.
            “iya nih aku capek betul, aku tidur dulu ya wan” kata Shania yang mulai menguap.
            “oh ya sudah, selamat tidur ya” kata ridwan. Dan Shania pun langsung menutup telfonnya tanpa membalas perkataan ridwan tadi dan Shania langsung mesilent hpnya agar dia tidak terganggu tidurnya. Sehabis itu Shania pun langsung tidur dengan nyenyak.
            Ketika di tengah tengah tidurnya. Hp Shania pun bergetar karena ada telfon masuk, karena hpnya di silent Shania tidak tau kalau ada telfon.
            “kok di telfon gak di angkat sih, di Jakarta kan ini masih jam 8 malam. Masa dia sudah tidur? Ya sudah deh ntar aja lagi ku telfon” kata Rendy yang mencoba mengerti Shania.
            Matahari pun sudah menampakan dirinya di Jakarta.
            Shania pun langusng bangun dari tidurnya. Dan melihat hpnya ternyata ada 13 panggilan tidak terjawab.
            “siapa ini nelfon kok banyak banget? Ini nomor mana ya, kok bukan provider dari Indonesia, ah sudah lah paling orang jail” ucap Shania dengan suara jutek, dia pun langung bergegas untuk berangkat sekolah, ketika selesai pun Shania langsung berangkat sekolah di antar oleh ayahnya.
            Sesampai di sekolah ternyata icha udah menunggu di depan gerbang sekolah. Shania pun langsung mendatanginya.
            “hay cha, kok tumben kamu di sini?, lagi nunggu siapa?” kata Shania dengan penuh ceria untuk menyapa sahabatnya.
            “aku mau bicara dulu sama kamu?” kata Icha dengan muka serius.
            “kenapa ngomong aja pake bilang dulu langsung aja” ucap Shania.
            “ngapain kamu kemarin pulang sama ridwan, kan kamu pacar nya rendy?” kata icha.
            “kan aku belum jadian sama rendy. Lagian juga dia gk menghubungin ku selama dia di amerika tuh, apa dia masih saying sama aku?” kata Shania, perkataan tersebut membuat icha terdiam tanpa kata kata.
            Tiba tiba ada telfon masuk dari hp Shania, Shania pun langsung menjawab telfon tersebut.
            “halo ini siapa?” Tanya Shania
            “hay aku…”


 Inspirasi dari Shania junanatha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar