Untuk sebelumnya saya meminta maaf di Part 3 ini saya mengubah kata
"AKU" menjadi "RENDY" agar ceritanya lebih nyambung dan
lebih panjang biar enak di baca.. Arigatou ^^
Rendy pun langsung kembali ke kamarnya, dan dia pun langsung mengambil
ranting ranting pohon yang di pungut tadi.
“emm
kayaknya aku harus buat sekarang nih, gk ada waktu lagi” katanya yang langsung
membuat tulisan nama Shania Junianatha. Dan akhirnya dia menyelesaikannya
karyanya hingga jam 2 malam. Rendy pun langsung tidur.
Ke
esokan harinya dia bangun labih pagi dari biasanya. dia pun langsung
membereskan tempat tidur dan mandi. Tanpa sarapan Rendy pun langsung pergi
kerumah Shania.
Sesampai
di rumah Shania. Rendy pun melihat ibunya Shania di luar sedang menyiram bunga
di taman rumah Shania.
“ada
Shania nya bu?” Tanya Rendy dengan sopan.
“oh kamu
lagi ya nak. Sebentar Shanianya lagi di dalam nih, saya panggilkan Shanianya,
silahkan masuk dulu nak” kata ibu Shania
“gk usah
bu saya di sini saja” kata Rendy sambil senyum kepada ibu Shania.
Ibunya
Shania pun masuk kedalam dan tidak lama Shania pun keluar dari rumahnya.
“hei ren
ada apa kok datang kerumah ku. Dan kok kamu gk pakai baju sekolah ?” Tanya
Shania dengan heran.
“aku mau
ngomong sesuatu sama kamu” Tanya Rendy dengan tenang.
“ya
memang kenapa. Jangan bikin aku cemas dong” kata Shania yang mulai cemas
melihat Rendy.
“kamu
tau kan kalo aku skater” Tanya rendy dengan muka tenang agar Shania tidak
menangis.
“iya aku
tau. Memang kenapa cerita dong ren, jangan bikin aku cemas gini!!” Tanya Shania
yang mukanya sudah cemas.
“aku di
kontrak oleh brand skateboard terkenal amerika, dan aku di suruh ke amerika
untuk mengikutin beberapa ajang lomba internasional dan di suruh pindah ke
sana, dan ayah ku juga akan pindah tugas ke amerika” kata Rendy yang mencoba
agar Shania tidak menangis ketika aku pergi sambil memegang tangannya.
“jadi
kamu akan pindah ke sana gitu?” kata Shania yang mulai mengeluarkan air mata.
“iya
shan aku harus pindah kesana. Sebenarnya aku sudah tau kalo aku akan di kontrak
tapi aku menolaknya karena aku tidak tinggal di amerika. Tapi ayah ku pindah
kesana jadi aku menerima kontrak itu” kata Rendy yang tidak ingin Shania tambah
sedih.
“tapi
aku gk mau kamu pergi ren, aku sayang kamu, aku masih mau pergi ke taman bareng
kamu, duduk bersama kamu, jalan jalan barang sama kamu, aku gk mau kamu pergi
ren” kata Shania sambil memeluk Rendy dan mengeluarkan air matanya itu.
“aku gk
lama kok. Aku akan kembali lagi kok, aku juga sayang kamu shan, aku juga gk mau
semua ini berakhir dengan cepat, tapi aku harus pindah kerena pekerjaan ayah
ku, aku mau kamu menyimpan ini” kata Rendy. Shania pun perlahan lahan
melepaskan pelukannya dan Rendy memberikan karyanya semalam.
“apa
ini?” kata Shania yang memegang buatan Rendy itu
“em itu
buatan ku semalam, aku mengambil ranting ranting pohon itu di taman kemarin..
aku mau kamu menyimpannya.. jangan sampai hilang ya.. kalo kamu kangen aku kamu
bisa memeluk boneka kemarin yang aku belikan” kata Rendy sambil memegang tangan
Shania.
“kamu
janji ya kembali ke Indonesia” kata Shania yang mulai membersihkan air matanya.
“ya aku
janji kok, kamu gk sekolah.. sini ku antari” ajak Rendy untuk mengantar Shania
sekolah untuk pertama dan terakhir kalinya.
“oke deh
ntar ya aku ambil tas ku dulu sekalian pamitan sama ibu dan ayah ku dulu” kata
Shania yang mulai masuk ke rumahnya.
Tidak
lama Shania keluar dari rumahnya.
“ayo
kita berangkat!” kata Shania sambil semangat.
“ayok”
Mereka pun langsung menaikin motor Rendy.
Entah
Shania kok tiba tiba memeluk Rendy dengan erat. Dan mulai meneteskan air
matanya itu.
Rendy
hanya bisa tersenyum merasakan ini.
Akhirnya
sampai juga di depan gerbang sekolah.
“shan
jaga dirimu baik baik ya disini, aku mau kamu terus tersenyum meski tidak ada
aku disini,”kata Rendy sambil melepaskan helm yang di pakainya.
“iya
ren, kamu juga jaga dirimu baik baik, jangan telat makan, jaga kesehatan ya
ren, aku gk mau dengar kabar kamu sakit atau apa” kata Shania yang takut Rendy
kenapa kenapa. Rendy pun langsung turun dari motornya. Dan Shania memeluk Rendy
dengan eratnya. Rendy hanya bisa membalas pelukan itu.
Dan
Shania pun melepas pelukannya .
“aku
sebenarnya gk mau kamu pergi,tapi aku relakan kamu untuk menggapai cita cita
kamu” kata Shania yang akhirnya melepas Rendy pergi untuk mengejar cita
citanya.
“iya
shan, terima kasih, aku akan kembali kok” kata Rendy dengan menatap Shania.
“oke
ren, aku masuk dulu ya, good bye ren” kata Shania sambil melambaikan tangannya
dan masuk ke sekolah.
“good
bye shan, aku akan kembali!” kata Rendy sambil teriak.
“hei
ren!” kata seseorang yang menggageti Rendy dari belakang, dan ternyata itu
ridwan.
“eh
kamu, ngapain kamu masih di luar wan?”
“gpp
sih, oh ya kamu sampai kapan di amerika?”
“entah,
tapi aku akan kembali kok. Oh ya wan, aku mau kamu jagain Shania ya, aku gk mau
dia terluka atau apa?” kata Rendy, dengan memberi kepercayaan kepada ridwan.
“oke,
apapun akan ku lakukan untuk mu boys” kata ridwan sambil memukul pundak Rendy.
“oh ya
sudah aku pulang dulu ya, ntar takutnya ketinggalan pesawat.” Kata Rendy sambil
memakai helm dan menyalakan motornya.
“oke
hati hati ya di jalan, bro!” kata ridwan. Rendy pun hanya senyum kepada ridwan
dan langsung menuju kerumah.
Sesampainya di rumah .
“emmm
ini hari terakhir ku di Home Sweet Home, banyak kenangan yang ku tinggalkan di
sini, mulai dari pertama berjalan ketika umurku 10 bulan, bermain sepak bola
sampai kena pot dan di marahin nyokap habis habisan,, hahaha.. dan pertama kali
aku menyentuh papan skateboard, aku akan selalu ingat rumah ini!” kata Rendy
sambil memandangin rumah dari teras depan rumah. dia pun langsung masuk ke
kamar dan menyimpun barang barang yang di bawa ke
amerika.
Disisi
lain Shania sedang belajar, dan sekarang tempat duduk Rendy di gantikan oleh
sahabatnya Icha, ya Icha adalah sahabat Shania dialah yang menemani Shania. Dan
dia menjadi tempat curhat Shania.
“sudah
siap ren!?” teriak ayah dari bawah
“tunggu
sebentar yah!” balas Rendy.
“emmm
mungkin ini terakhir kalinya aku bisa melihat kamar ku ini, semenjak aku bayi
selalu di kamar ini, aku akan ingat kamar ini tidak akan pernah lupa. Good bye
kamar ku” kata Rendy sambil keluar kamar dan membawa barang barang.
Mereka
sekeluarga pun memasukan barang barang yang perlu Mereka bawa ke bagasi taxi
yang kami tumpangin,
“oke
semuanya sudah siap?” kata ayah
“SIAP!”
kata Mereka ber tiga.
Taxi
yang Mereka tumpangin itu pun langsung laju menuju ke bandara soekarno – hatta.
Sesampainya disana mereka pun langsung check in dan langsung menuju pesawat
yang mereka naikin.
Di dalam
pesawat Mereka hanya mendengarkan musi musik yang merdu.
Di sisi
lain pelajaran di sekolahan pun sudah selesai,
“shan
ayok pulang? Ajak icha.
“ayo
deh” jawab Shania sedikit murung.
“Shania
Junianatha, jangan murung gitu dong, ntar rendy sedih lagi kamu murung gitu.
Kan dia bilang, kamu harus semangat tanpa dia!” kata Icha yang menyemangati
Shania yang masih sedih karena di tinggal oleh Rendy.
“aku
tidak tau cha, apa aku bisa kuat tanpanya “ kata Shania dengan murung.
“kuat
dong, kamu harus kuat shan, oh ya gimana ntar malam kita jalan jalan, ya cari
udara segar dekat komplek” kata icha yang mencoba menghibur hati Shania
“ayo
deh, pulang yuk?” ajak Shania yang mulai semangat.
“kan
tadi aku yang ngajak pulang duluan, gimana sih” kata icha yang mukanya agak
mesem.
“hehehehe, maaf maaf, copas dikit gk papakan” kata Shania yang ketawa.
“akhirnya Shania bisa ketawa lagi, yah semoga kepergian rendy bukan penyebab
dia untuk murung terus” ucap icha dalam hatinya.
“heeeeh
jangan melamun, ayo kita pulang nih!” kata Shania, yang saat itu menyadarkan
icha yang sedang melamun.
“eh ayo
dah!” kata icha. Mereka pun pulang bareng.
Di lain
sisi rendy masih dalam perjalan karena perjalan menuju amerika sendiri 24 jam
untuk menuju Washington DC apa lagi perbedaan Indonesia dan amerika hampir 11
jam.
Sementara rendy harus transit sebanyak 3 kali yaitu di Changi Singapura dan
bandara Narita Tokyo dan baru mereka bisa ke amerika.
Sementara di Indonesia sudah pukul 7 malam dan Shania menunggu icha datang
kerumahnya.
“hey
shan maaf, tadi aku tidur dulu habis sekolah eh gk taunya kebangun jam setengah
7, maaf ya” kata icha sambil meminta maaf kepada Shania.
“ohh gk
papa kok, tenang aja, ayok kita jalan” kata Shania, mereka pun berjalan
mengelilingi komplek untuk mencari udara segar.
“aduh
laper nih shan, cari makan yok!” ajak icha yang saat itu sedang memegang
perutnya.
“ayo
dah, aku juga laper sih, tapi dimana ya yang enak?” tanya Shania.
“emmm cafe
itu aja yok, kayaknya enak nih?” kata icha yang menunju cafe yang bernama “The
Cafe Of Love”
“wah
ayok, tapi kan itu cafe, yakin kah ada makanannya?” tanya Shania yang ragu
terhadap pilihan cafe icha.
“emmmm
mungkin ada, ayo dah shan aku laper nih!” kata icha yang mulai kelaperan.
Karena Shania takut di makan oleh icha, Shania pun akhirnya mau ke cafe yang di
ajak icha.
“situ
aja yok duduknya enak tuh pemandangannya bisa liat komplek ini!” kata Shania
yang menarik icha ke tempat duduk yang di ujung dan bisa melihat pemandangan
yang enak.
“mas-mas!” kata icha yang memanggil pelayan di cafĂ© itu.
“ya mbak
mau pesan apa, ini daftar harganya” kata pelayan itu dengan sopan.
“emmmm
saya pesan nasi goreng special aja deh mas” kata icha.
“pilihan
yang tepat sekali” kata pelayan itu.
“emmm
kalo saya ayam goreng aja deh, soalnya bakso gk ada sih” kata Shania.
“pilihan
yang tepat sekali” kata pelayan itu lagi.
“minumnya jus melon aja deh mas” kata icha.
“pilihan
yang tepat sekali” kata pelayan itu. Icha pun mulai aneh, setiap yang di pesan
dia selalu di bilang “Pilihan yang tepat sekali”.
“saya
jus alpukat aja deh mas” kata Shania.
“pilihan
yang tepat sekali” kata pelayan itu, mereka pun mulai bertanya Tanya.
“boleh,
Saya ambil daftar makanannya?” tanya pelayan itu.
“boleh
mas” kata Shania, dengan muka senyum maksa.
“boleh
saya tinggalkan tempat ini?” kata pelayan itu dengan sopan lagi
“boleh
mas!” kata icha. Yang mulai emosi.
Akhrinya
pelayan itu pergi.
“aneh juga ya kalo pelayannya terlalu baik,” kata
Shania.
“hahahah
iya juga sih” kata icha yang tertawa.
Mereka
pun bercengkrama dengan asiknya, dan akhirnya makanan yang di pesannya datang,
Mereka pun memakannya dengan lahap. Tidak terasa malam semakin larut, mereka
pun memutuskan untuk segera pulang. Dan di perjalanan pulang mereka ngobrol
bareng.
“oh ya
rendy udah menghubungin kamu kah?” kata icha,
“belum
sih, paling belum sampai.” Kata Shania yang cemberut.
“kamu
kangen sama dia?” tanya icha.
` “iya lah, gk
usah di tanya lagi itu” kata Shania.
Di sisi
lain rendy yang masih di pesawat, yang lagi tidur tiba tiba terbangun.
“firasat
buruk apa ini, kok tiba tiba aku terbangun.”
Ternyata Shania dan icha yang sedang berjalan dan di
hadang 4 orang preman yang membawa senjata tajam. Shania dan icha pun
ketakutan. Dan firasat buruk itu adalah adanya gangguan kepada Shania.
“hey
cewek cewek cantik, kok sendirian nih, malam malam gini, ayo sama abang aja
kita happy fun” kata salah preman itu yang sedikit mabuk.
“ngapain
sih kalian ni. Pergi sana jauh jauh!” kata icha. “benar itu ngapain sih kalian
itu!” kata Shania yang sedikit marah.
“jangan
marah marah dong cewek cantik” kata salah satu preman tersebut.
Dan tiba
tiba ada seseorang laki laki datang dari belakang dan langsung menendang salah
satu preman tersebut. Dan terjadi lah perkelahian 1 melawan 4 orang. Dan pria
tersebut berhasil mengalahkan 3 orang itu hingga pingsan. Dan tiba tiba ada
yang menodongnya dari belakang memakai pistol.
“hey
siapa kamu?!, kamu bergerak! Ucapkan selamat tinggal kepada kepala mu!?” kata
preman itu yang sedikit kecapekan.
Dan pria
tersebut langsung sigap menendang kaki preman itu dan langsung memukul wajah
pria itu dan memukul ulu hati si preman tersebut. Dan preman itu pingsan.
“hey
siapa kamu?” tanya Shania.
Dan laki
laki itu mendatangi Shania dan icha.
“aku….”
Inspirasi dari Shania junanatha
kaka2 yang sudah baca beri saran yah makasih ^^
BalasHapus