“aku Ridwan shan” kata pria itu yang ternyata sahabat dari Rendy.
“oh kamu
toh, ternyata kamu hebat juga ya?” kata icha yang memuji Ridwan.
“hehehehe ya sedikit sih. Kalian juga ngapain malam malam gini keluar?” tanya rendy yang sedikit ketawa.
“harusnya aku yang nanya kamu ngapain keluar malam malam gini!?” tanya icha
dengan muka sirik
“iya
sudah.. Aku tadi habis keliling keliling, ya cari udara
segar lah, nah kalo kalian ngapain?” tanya ridwan dengan sifat
tenangnya itu.
“oh kalo kita habis makan” kata Shania.
“oh ya
sudah ayok sekalian ku antar pulang kalian, ntar takutnya kalian kenapa kenapa
lagi” ajak Ridwan. Mereka berdua mau saja, karena takut ntar kenapa kenapa lagi.
Dan icha pun yang di antarkan rumahnya duluan, karena rumah icha yang lebih dekat.
“aku
masuk dulu ya, ingat hati hati di jalan ya” kata icha sambil masuk kerumahnya
“iya!”
teriak Shania.
“apa
sudah ada kabar dari rendy shan?” tanya ridwan dengan tampang cool.
“belum
tuh, paling besok sepulang sekolah baru di kasih kabar kan lama kesana ke
amerika” kata Shania yang sambil memandangin langit.
“iya
juga sih” kata ridwan
Tidak
lama kemudian mereka sampai di rumah Shania.
“terima
kasih ya wan, udah ngantari aku pulang” kata Shania.
“oh ya
sama sama” kata ridwan sambil memegang kepalanya.
“ya
sudah aku masuk dulu ya, hati hati ya wan” kata Shania sambil melambaikan
tangan ke ridwan. Dan ridwan pun langsung pulang kerumahnya, dan Shania pun
langsung masuk kerumahnya, dan langsung menuju kekamarnya. Dan berbaring di
kasurnya.
“emmm
rendy ngapain ya sekarang, biasanya sih masih telfonan nih, ya semoga aja rendy
bisa sampai dengan selamat di amerika dan menggapai cita citanya itu” kata
Shania sambil memandangin langit langit kamar. Dan Shania pun memutuskan untuk
tidur.
Ke
esokan harinya Shania kesiangan.
` “astaga sudah
jam berapa ini” kata Shania sambil melihat jam di meja sebelah kasurnya itu.
“haa
udah jam segini, bisa terlambat nih” Shania pun langsung mempersiapkan diri.
Ketika sudah mempersiapkan diri Shania pun langsung ke bawah dan menggambil satu
roti untuk mengganjal perutnya itu.
“ayok pah shania sudah terlambat nih!” kata Shania.
“ya
sudah, mah papah berangkat dulu ya” kata papah Shania yang berpamitan dengan mamanya Shania.
“iya,
hati hati ya pah” kata mama Shania sambil melambaikan tangan kepada mereka
berdua.
papanya pun mengantarkan Shania sekolah dan sekalian ayah kerja.tidak lama kemudain sampai lah Shania di depan gerbang sekolah,Shania pun langsung berpamitan kepada ayahnya dan langsung ke kelas, ternyata
kelas sudah memulai pelajaran, saat itu adalah pelajaran guru killer ya itu Pak
Sudirman. Shania pun masuk ke kelas dengan takut takut.
“maaf
pak saya telat” kata Shania sambil menundukan kepalanya.
“tidak
ada kata maaf! Silahkan kamu berdiri di depan kelas hingga pelajaran bapak
selesai!” kata Pak Sudirman dengan tegas.
“i-iya
pak” Shania pun langsung berdiri di depan kelas, icha sebagai sahabatnya hanya
bisa melihatnya saja dan tidak bisa berbuat apa apa.
Setelah
sekian lama pelajaran pak sudirman pun berakhir, dan bell istirahat berbunyi,
Shania pun langsung masuk ke kelas dan menaruh tasnya tu.
“kok
tumben shan. kamu terlambat?” tanya icha sambil memasukan tasnya ke laci di
bawah mejanya
“emmm
kesiangan aku cha” kata Shania sambil merengut.
“kok
kamu merengut gitu sih, kenapa? Rendy masih belum ngasih kabar ya?” kata icha
yang perhatian kepada Shania.
“iya nih
kok rendy belum sms ya” kata Shania yang masih merengut.
“ya
sudah sabar gih, kantin yok!” ajak icha yang mencoba menenangkan Shania.
“ayok!”
kata Shania.
Di lain
sisi, pesawat yang naikin Rendy sekeluarga sudah sampai di Bandar Udara
Internasional Jhon F. Kennedy.
“bu kita
di jemput siapa disini, keluarga aja kita gak punya” kata Rendy
“tenang
kok, kan disini ayah sudah membeli rumah tenang saja” kata ibu yang
menenangkan Rendy.
“kita
naik taksi saja dulu” kata ayah yang menggajak sekeluarga untuk naik taksi.
“permisi,
bisa antarkan kami ke jalan ini” kata ayah sambil menunjukan
kertas ke supir taksi tersebut.
*tulisan bergaris miring menunjukan bahwa percakapan tersebut menggunakan bahasa inggris*.
“oke,
silahkan naik” kata supir tersebut.
Mereka pun sekeluarga masuk ke taksi tersebut sambil memasukan bawaan yang Mereka bawa ke dalam bagasi taksi tersebut. Ketika barang sudah di masukan
taksi pun berangkat menuju rumah yang di beli ayah.
“apa
kalian pendatang baru disini?” tanya supir tersebut.
“ya kami
pendatang baru disini” kata ayah.
“oh ya
aku lupa kalo aku belum mengasih kabar kepada Shania kalo aku sudah sampai di
New york, ntar aja deh tunggu aku sampai rumah, apa lagi ini sudah malam” ucap Rendy di dalam hati.
Tidak
lama pun Mereka sudah sampai di rumah yang ayah beli, rumah yang
ayah beli lumayan besar, bertingkat dua, memiliki taman depan yang luas.
“ini
pak uangnya” kata Ayah sambil memberikan uang $50 dollar kepada supir itu.
“terima
kasih, selamat menikmati tinggal di NEW YORK” kata supir itu.
“gimana
rumahnya baguskan?” kata ayah yang menanyakan kepada Merekabertiga.
“bagus yah, lebih besar dari pada rumah di Jakarta” kata kakak Rendy.
“ayok
kita masuk” kata ayah, sambil menarik koper yang di tangannya.
Mereka pun masuk kerumah baru itu.
Ternyata di dalamnya sudah lengkap semua. Rendy hanya bisa terdiam melihat seisi rumah ini.
“kakak
tidurnya di lantai dua ya di sebelah kanan, kalo Rendy di sebelah kiri. Oke!”
kata ibu.
“iya bu”
kata Rendy dan kakaknya Rendy. Mereka berdua pun langsung ke lantai dua. Dan Rendy masuk ke kamar Rendy, dengan dinding
yang berwarna biru dan kasur yang dekat jendela. Mungkin itu ide ibu untuk
membangunkan Rendy dengan satu cara ya membukan gorden biar matanya
langsung kena cahaya matahari. Rendy pun langsung tidur di kamar barunya, karena di NY sudah jam 10 malam.
Disisi
lain Shania pun masuk ke kelas untuk memulai pelajarannya.
Jam pun
berlalu cepat hingga menunjukan waktu jam 2 siang, pelajaran pun usai dan bell
pulang berbunyi Shania pun langsung membereskan buku buku pelajarannya tadi,
seusai membereskan buku buku tiba tiba ridwan datang.
“hey
shan” kata ridwan yang menyapa Shania.
“hey
wan, kok belum pulang? Yang lain udah pulang loh.” kata Shania.
“gpp.
Kamu pulang sama siapa?” kata ridwan yang mencoba mengajak Shania pulang.
“naik
taksi, soalnya ayah ku masih kerja” kata Shania yang mengecek buku
bukunya apa ada yang tertinggal.
“bagaimana kalo kita pulang bareng saja?” ajak ridwan.
Tiba
tiba icha datang ke kelas, karena dia melihat ridwan dan Shania berdua di kelas
jadi dia tetap di pintu kelas.
“ngapain
tuh mereka berduaan?” kata icha dengan suara berbisik.
“emm
gimana ya?” kata Shania.
“ayo
sudah, ikut saja” ajak ridwan.
“wah wah
ridwan ternyata mau ngambil kesempatan nih, semenjak gak ada rendy.. wah berani beraninya dia” kata icha yang marah melihat
kejadian ini.
“ayok
sudah” kata Shania.
“yesss”
kata ridwan dalam hati.
Melihat
Shania dan ridwan berjalan keluar kelas sontak icha langsung mencari tempat
sembunyi.
Shania
sama ridwan pun hanya lewat dan tidak melihat icha, yang bersembunyi di balik
pilar sekolah.
Ridwan
dan Shania pun sampai di parkiran sekolah.
“nih
shan helmnya” kata ridwan sambil memberikan helm kepada Shania. Shania pun
langsung naik ke motor ridwan.
“sudah
siap shan?” kata ridwan.
“sudah!”
kata Shania. Mereka pun jalan.
Icha
hanya bisa melihat mereka dari kejauhan.
“wah ini
ridwan gak bisa di biarkan nih, kalo terus terusan gini bisa
bisa Shania di ambil lagi sama Ridwan” kata icha sambil marah, yang gak tega kalo sahabatnya di ambil sama ridwan.
“besok
aku harus berbuat sesuatu nih!!” kata Icha dengan tampang marah
Di
perjalanan pulang Ridwan dan Shania pun ngobrol dan sekali kali mereka tertawa,
tidak lama kemudian mereka sudah sampai rumah Shania.
“makasih
ya wan, sudah mau ngantar aku pulang” kata Shania dengan senyum.
“iya
sama sam shan” kata ridwan.
“oh ya
sudah aku masuk dulu ya, hati hati ya” kata Shania sambil dia berjalan untuk
masuk kerumahnya.
Dan
Ridwan langsung menuju rumahnya.
Di sisi
lain.
“ren mau
kemana?” kata ibu.
“aku mau
cari yang jual kartu untuk telfon teman ku di indonesia, aku pergi dulu ya bu!” kata Rendy sambil berjalan keluar rumah.
Rendy pun bingung dimana jual nomor hp.
“Permisi
di sini dimana ya jual nomor handphone? “ Tanya Rendy kepada salah satu orang yang lewat di hadapan Rendy.
“di
sebelah sana ada mini market, nah di sana kamu bisa membeli nomor handphone “
kata orang bule yang tinggi itu sambil menunjukan ke arah mini market yang di
persimpangan.
“terima
kasih”” kata Rendy dengan sopan.
Dia pun berjalan menuju mini market yang di tunjuk orang tadi, sesampai
di sana Rendy langsung masuk dan langsung menanyakan kepada
kasir di sana.
“apa
di sini ada jual nomor handphone” Tanya Rendy kepada kasir itu.
“oh
tentu, kamu mau nelfon kemana, dalam negri atau luar negri? “ kata
kasir tersebut.
Rendy hanya bingung ternyata disini berbeda dengan Indonesia. Kalo di
Indonesia gampang contohnya “bang beli nomor nih?” “mau beli nomor yang mana,
nomor cantik atau apa?” nah kalo di Indonesia kayak gitu, ternyata disini beda.
“Luar
negri “ kata Rendy.
“ini
silahkan di pilih yang warna kuning ini nelfon 2 jam harganya $20, kalo yang
merah 3 jam telfon harganya $40. Kalo merah 5 jam telfon harganya $50, silahkan
di pilih ” kata kasir tersebut.
“yang
warna kuning aja” kata Rendy mengingat dia hanya bawa duit $20.
“ini uangnya” Kata Rendy sambil memberi duit nya
“ini
kartunya, terima kasih telah berbelanja disini, silahkan datang lagi ya”
kata kasir tersebut Rendy hanya membalasnya dengan senyum.
Rendy pun langsung bergegas untuk pulang.
Di sisi
lain Shania yang baru sampai rumah langsung berbaring untuk beristirahat. Tidak
lama kemudian ada
telfon.
Tuuut
tuuuuttttt
“halo
ini siapa?” kata Shania dengan suara letih.
“ini aku
ridwan” kata orang tersebut yang ternyata ridwan.
“oh kamu
wan, ada apa? Kok tiba tiba nelfon” kata Shania yang mulai mengantuk.
“gak papa siih, kok suaranya kayak orang capek gitu, kamu capek ya?” kata
ridwan dengan khawatir.
“iya nih aku capek betul, aku tidur dulu ya wan” kata Shania yang mulai menguap.
“oh ya
sudah, selamat tidur ya” kata ridwan. Dan Shania pun langsung menutup telfonnya
tanpa membalas perkataan ridwan tadi dan Shania langsung mesilent hpnya agar dia tidak terganggu tidurnya. Sehabis itu Shania
pun langsung tidur dengan nyenyak.
Ketika
di tengah tengah tidurnya. Hp Shania pun bergetar karena ada telfon masuk,
karena hpnya di silent Shania tidak tau kalau ada telfon.
“kok di
telfon gak di angkat sih, di Jakarta kan ini masih jam 8 malam.
Masa dia sudah tidur? Ya sudah deh ntar aja lagi ku telfon” kata Rendy yang
mencoba mengerti Shania.
Matahari
pun sudah menampakan dirinya di Jakarta.
Shania
pun langusng bangun dari tidurnya. Dan melihat hpnya ternyata ada 13 panggilan
tidak terjawab.
“siapa
ini nelfon kok banyak banget? Ini nomor mana ya, kok bukan provider dari
Indonesia, ah sudah lah paling orang jail” ucap Shania dengan suara jutek, dia
pun langung bergegas untuk berangkat sekolah, ketika selesai pun Shania
langsung berangkat sekolah di antar oleh ayahnya.
Sesampai
di sekolah ternyata icha udah menunggu di depan gerbang sekolah. Shania pun
langsung mendatanginya.
“hay
cha, kok tumben kamu di sini?, lagi nunggu siapa?” kata Shania dengan penuh
ceria untuk menyapa sahabatnya.
“aku mau
bicara dulu sama kamu?” kata Icha dengan muka serius.
“kenapa
ngomong aja pake bilang dulu langsung aja” ucap Shania.
“ngapain
kamu kemarin pulang sama ridwan, kan kamu pacar nya rendy?” kata icha.
“kan aku
belum jadian sama rendy. Lagian juga dia gk menghubungin ku selama dia di
amerika tuh, apa dia masih saying sama aku?” kata Shania, perkataan tersebut
membuat icha terdiam tanpa kata kata.
Tiba
tiba ada telfon masuk dari hp Shania, Shania pun langsung menjawab telfon
tersebut.
“halo
ini siapa?” Tanya Shania
“hay
aku…”